BERUPAYA mengurangi penularan Penyakit Tuberkulosis (TB) Paru, Puskesmas Sepatan bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan RI melangsungkan kegiatan Skrining Kesehatan Paru di gedung puskesmas itu.
Kegiatan yang dilaksanakan belum lama ini melibatkan sedikitnya 127 warga di Kecamatan Sepatan. Sejumlah warga peserta merupakan orang-orang yang berada di lingkungan sekitaran pasien penderita TB Paru di kecamatan itu.
Skrining Kesehatan Paru sendiri meliputi Pemeriksaan X-Ray, TCM (Test Cepat Molekuler) atau disebut Pemeriksaan Dahak, TST (Tuberkulin Skin Test) atau disebut Test Mantoux, dan TPT (Terapi Pencegahan Tuberkulosis).
Kepala Puskesmas Sepatan, dr David Setiawan, kemarin, mengatakan warga yang diskrining adalah keluarga terdekat dan warga yang kontak erat dengan pasien penderita TB Paru.
“Skrining ini sebagai upaya pendeteksian sedini mungkin. Apakah mereka tertular atau tidak. Bagi yang tertular dapat segera diobati dengan secepatnya dan tuntas,” ujarnya.
Kegiatan ini melibatkan tim dari Puskesmas Sepatan terdiri dari Dokter, Petugas TB, Petugas Lab, Petugas Gizi, Kader Keping Emas, Kader Pos Gizi, Kader TB dan tim dari Kemenkes RI.
Selain itu hadir juga pihak Kecamatan Sepatan, TP PKK Kecamatan Sepatan dan kepala desa dalam mengawal suksesnya kegiatan Skrining Kesehatan Paru.
Diinformasikan sebanyak 91% Kasus TBC di Indonesia adalah TBC Paru yang berpotensi menularkan penyakit itu kepada orang yang sehat di sekitarnya.
Perlu diketahui, gejala-gejala awal muncul TBC pada seseorang, dapat berupa batuk karena menyerang saluran pernapasan dan juga organ pernapasan.
Lalu batuk berdahak terus-menerus selama 2 sampai 3 minggu atau lebih, kemudian sesak napas, nyeri pada dada, badan lemas dan rasa kurang enak badan, nafsu makan menurun, berat badan menurun.
Dan biasanya yang muncul adalah berkeringat pada waktu malam hari, meskipun tidak melakukan kegiatan apapun.